Mencari Perguruan Tinggi Murah Tapi Berkualitas

http://i.okezone.com/content/2010/05/04/373/329193/xTPXRT2dbX.jpg
Ilustrasi

Pengumuman kelulusan tingkat SMA telah berlangsung. Kini saatnya para siswa menentukan pilihan ke mana akan meneruskan pendidikan.

Merebaknya sejumlah perguruan tinggi swasta yang menawarkan lulusan dengan jaminan kerja dan biaya terjangkau, tampaknya tidak membuat para calon mahasiswa ini tergoda. Kebanyakan dari para siswa sudah menentukan kampus mana yang akan mereka pilih, tentunya yang sesuai dengan minat dan bakat.

Sebagian siswa mengaku, tidak terpengaruh oleh tren ikut-ikutan dalam memilih jurusan. Seperti Nurhayati siswi lulusan SMA 89 Jakarta, yang sudah mantap dengan pilihannya.

“Rencananya aku mau masuk akademi kebidanan atau perawat. Soalnya pekerjaan itu enggak pernah ada matinya. Bidan dan perawat kan selalu dibutuhin, lulusannya juga udah jelas banget mau kerja di mana,” ujar Nurhayati, saat diwawancarai okezone, di Jakarta, Selasa (4/5/2010).

Perguruan tinggi negeri pun selalu menjadi pilihan pertama, apalagi jurusan popular seperti komunikasi, ekonomi, teknik dan hukum. Jurusan tersebut, selalu menjadi rebutan ribuan calon mahasiswa.

“Pilihan pertama aku sih pasti perguruan tinggi negeri, soalnya kan udah terkenal kualitasnya terus biasanya lulusan dari situ gampang dapet kerja. Kalau enggak diterima baru nyari yang swasta,” ungkap Etty.

Sedikit berbeda dengan Rendy yang juga siswa SMA 89 Jakarta, dia mengaku tidak memilih perguruan tinggi negeri, karena merasa saingannya sangat banyak dan langsung memilih perguruan tinggi swasta.

“Kalau kualitas kayaknya sama aja deh, bedanya kan cuma negeri sama swasta. Status itu buat gengsi doang. Sekarang masuk Kampus negeri juga mahal, daripada capek-capek daftar sama ikut ujiannya mendingan langsung masuk yang swasta aja,” imbuh Rendy.

Biaya perkuliahan yang sangat mahal juga menjadi pertimbangan bagi para siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Bahkan banyak juga di antara mereka yang ingin kuliah memilih perguruan tinggi murah dengan kualitas standar, agar pendidikan mereka tidak putus di tengah jalan.

“Pengennya sih bisa dapet kampus yang murah terus kualitasnya juga bagus, tapi sekarang yang begitu kayaknya jarang ya,” tutup Nurhayati sambil tertawa.