
Sri Suryawati mengatakan, sebagai suatu badan kuasi-judisial independen yang berkedudukan di PBB, INBC bertugas memonitor implementasi konvensi internasional PBB terkait pengawasan narkotika, psikotropika dan prekursor. Lingkup tugasnya memastikan bahwa kebutuhan narkotika dan psikotropika untuk kepentingan medis dan riset terpenuhi, dan tidak terjadi kebocoran masuk ke jalur ilegal.
“Selain itu, juga memastikan pengawasan untuk jalur ilegal dilakukan secara ketat baik di tingkat negara maupun secara internasional. Sehingga dalam menjalankan tugas di INBC saya senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah dan berbagai badan internasional lain seperti WHO, Interpol, dan World Custom Organization (WCO),” kata Sri baru-baru ini.
Suryawati menjelaskan, INBC memiliki anggota 13 orang yang terdiri dari sepuluh orang birokrat yang diusulkan oleh pemerintah negaranya dan tiga orang ahli yang dinominasikan oleh World Health Organization (WHO) karena kepakarannya di bidang kedokteran, farmakologi dan farmasi. Indonesia merupakan salah satu dari delapan negara berkembang (Afrika Selatan, China, India, Iran, Kolombia, Meksiko dan Thailand) yang warganegaranya bergabung dalam keanggotaan INBC. Sementara itu keanggotaan INBC ditentukan melalui pemilihan yang dilakukan oleh 53 negara yang tergabung dalam UN-Economic and Social Council(ECOSOC) yang berkedudukan di New York.
"Setelah terpilih, tiap anggota bertugas atas dasar kapasitas pribadi yang independen. Tidak mewakili negara ataupun kepentingan pihak manapun. Dengan keterwakilan Indonesia di lembaga ini sangat penting, sebab sebagai negara yang strategis di kawasan Asia dan memiliki perhatian berkepntingan besar dalam isu penanganan masalah narkoba," paparnya.
Sri Suryawati yang juga koordinator Program S2-IKM UGM Minat Utama Kebijakan Obat mengatakan, dirinya tercatat sebagai anggota INBC semenjak 2007. Meski mengaku belum berkontribusi, namun pada tahun-tahun itu dia telah menunjukkan peran aktif yang sangat menentukan dalam berbagai pertemuan INBC.
"Baru pada 2009 saya diangkat sebagai Vice-Chairperson of the Standing Committee on Estimates," tuturnya.
Posisi sebagai Second Vice-President dan Chair of Standing Committee on Estimates tentu reputasi yang sangat membanggakan. Karena committee ini bekerja sepanjang tahun guna memastikan kesimbangan jumlah suplai dan kebutuhan serta kecukupan narkotika dan psikotropika untuk kepentingan medis dan penelitian.
Sementara Dekan Fakultas Kedokteran UGM Ali Ghufron Mukti memberikan apresiasi tinggi atas raihan ini. Dia berharap pengabdian semacam ini akan diikuti oleh para staf pengajar FK UGM lainnya.
"Kiprah Dr. Sri Suryawati di INBC ini sangat membanggakan. Tidak hanya Fakultas Kedokteran UGM, tapi juga Bangsa Indonesia," papar Gufron.(OKEZONE.COM)