“CME tidak berdampak bagi bumi jika lemparannya looping, yaitu arahnya melengkung dan jatuh kembali ke matahari. Fenomena yang berbahaya adalah jika lidah itu lepas dengan jarak yang sangat jauh,” ujar Abdul Rahman, peneliti senior Astronomi dan Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional hari ini (8/7).
“Tapi itu pun hanya berdampak bagi bumi jika posisi jatuhnya tepat di bumi,” tambahnya.
Menurut keterangannya, jika hal itu sampai terjadi, maka akan berdampak kepada teknologi, misalnya gangguan kerja satelit, komunikasi di stasiun luar angkasa, atau ke jaringan listrik.
“Sejauh ini di Indonesia hal itu belum terlihat berrisiko, karena Indonesia terletak di lintang rendah.”
Abdul mengatakan bahwa fenomena CME sering terjadi, namun dampaknya hanya dirasakan di negara-negara Eropa atau Amerika, yaitu daerah-daerah lintang tinggi, seperti yang pernah terjadi di Kanada tahun 1989.
Meski mengaku sejauh ini lembaganya belum memantau secara langsung, namun ia mengungkapkan Indonesia masih aman-aman saja dari risiko gangguan listrik atau sateli