SUPERIOR QUANTUM - Ketua panitia seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) 2011 Herry Suhardiyanto membenarkan telah terjadi sejumlah kecurangan dalam pelaksanaan ujian tulis SNMPTN 2011. Panitia menemukan 14 kasus. Sebanyak 12 kasus adalah dugaan kebocoran soal ditemukan di Makassar. Sementara, dua kasus lain yang ditemukan di Bogor dan Banda Aceh adalah praktik pejokian.
"Dengan 12 kasus, Makassar adalah yang paling serius. Besok saya akan tinjau langsung untuk mendalaminya," kata Herry kepada Kompas.com, Rabu (1/6/2011), melalui telepon.
Di Makasssar, sambung Herry, 12 peserta tertangkap oleh panitia lokal (panlok), "Membawa handphone dua orang, dalam HP tersebut ada kode jawaban. Kemudian 10 orang lainnya membawa catatan berisi jawaban," ujarnya.
Herry menjelaskan, saat ini mereka (para pelaku yang tertangkap) sudah dimintai keterangan dan kasusnya sedang didalami, "Jika ada kecocokan antara kode jawaban dengan hasil ujian, berarti ada kebocoran soal. Jika tidak cocok bentuknya adalah penipuan. "Tapi sama-sama kejahatan," katanya.
Sementara, praktik perjokian ditemukan di Banda Aceh dan Bogor. Modusnya sama, ada peserta yang kedapatan tengah mengerjakan soal orang lain. "Dia mengerjakan soal orang lain, yang diduga sebagai joki adalah mahasiswa dari Universitas Syahwala," terangnya. "Kasus di Bogor itu terjadi pada hari pertama, tapi didiamkan oleh panlok dan hari kedua dia tidak hadir. Sisanya akan kami dalami lagi," pungkasnya
Dihubungi terpisah, Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Jasional (Dikti Kemdiknas) Djoko Santoso mengatakan, temuan praktik perjokian merupakan bukti bahwa indikator sistem pengawasan SNMPTN berjalan dengan baik. "Jika pengawasannya lemah, tidak mungkin ketahuan," kata Djoko.
Ia berpendapat, persoalan joki ini bisa diatasi oleh setiap perguruan tinggi. Dia mengatakan, kampus sudah memiliki aturan baku untuk mengatasi mahasiswanya yang terlibat praktik perjokian. Sebaliknya, kampus yang masih menoleransi mahasiswanya yang tertangkap menjadi joki, ia sebut kampus yang tidak keren. "Kampus yang keren itu langsung memecat mahasiswa yang jadi joki," ujarnya lagi.
"Dengan 12 kasus, Makassar adalah yang paling serius. Besok saya akan tinjau langsung untuk mendalaminya," kata Herry kepada Kompas.com, Rabu (1/6/2011), melalui telepon.
Di Makasssar, sambung Herry, 12 peserta tertangkap oleh panitia lokal (panlok), "Membawa handphone dua orang, dalam HP tersebut ada kode jawaban. Kemudian 10 orang lainnya membawa catatan berisi jawaban," ujarnya.
Herry menjelaskan, saat ini mereka (para pelaku yang tertangkap) sudah dimintai keterangan dan kasusnya sedang didalami, "Jika ada kecocokan antara kode jawaban dengan hasil ujian, berarti ada kebocoran soal. Jika tidak cocok bentuknya adalah penipuan. "Tapi sama-sama kejahatan," katanya.
Sementara, praktik perjokian ditemukan di Banda Aceh dan Bogor. Modusnya sama, ada peserta yang kedapatan tengah mengerjakan soal orang lain. "Dia mengerjakan soal orang lain, yang diduga sebagai joki adalah mahasiswa dari Universitas Syahwala," terangnya. "Kasus di Bogor itu terjadi pada hari pertama, tapi didiamkan oleh panlok dan hari kedua dia tidak hadir. Sisanya akan kami dalami lagi," pungkasnya
Dihubungi terpisah, Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Jasional (Dikti Kemdiknas) Djoko Santoso mengatakan, temuan praktik perjokian merupakan bukti bahwa indikator sistem pengawasan SNMPTN berjalan dengan baik. "Jika pengawasannya lemah, tidak mungkin ketahuan," kata Djoko.
Ia berpendapat, persoalan joki ini bisa diatasi oleh setiap perguruan tinggi. Dia mengatakan, kampus sudah memiliki aturan baku untuk mengatasi mahasiswanya yang terlibat praktik perjokian. Sebaliknya, kampus yang masih menoleransi mahasiswanya yang tertangkap menjadi joki, ia sebut kampus yang tidak keren. "Kampus yang keren itu langsung memecat mahasiswa yang jadi joki," ujarnya lagi.