
Ia mengatakan, usulan menghentikan penerimaan siswa baru di SMA 6 sementara waktu akan berdampak luas terhadap dunia pendidikan, khususnya bidang pendidikan menengah tinggi. Pasalnya, kuantitas dan kapasitas SMA di Jakarta sangat terbatas. Hilangnya satu SMA akan berakibat banyaknya peserta didik yang tidak tertampung di sekolah negeri. Menurut Agus, penghentian penerimaan siswa baru dibutuhkan kajian mendalam terlebih dahulu sehingga tidak boleh serta merta diberlakukan.
"Saya mengakui adanya tradisi tawuran tersebut. Untuk mematahkan tradisi tersebut, SMAN 6 Jakarta perlu melakukan perubahan budaya. Tanpa adanya perubahan budaya, maka jangan harap tradisi tawuran dapat hilang dari sekolah itu," ujarnya.
Ia mengusulkan, pemutusan generasi lebih baik tetap melakukan penerimaan siswa baru dengan menerima lebih banyak peserta didik perempuan daripada laki-laki.
"Cara ini pernah diterapkan di SMAN 6 Yogyakarta, dimana para siswanya kerap kali terlibat tawuran. Langkah ini mungkin lebih efektif daripada menghentikan penerimaan siswa baru di tengah keterbatasan jumlah SMA negeri di ibukota," ujar Agus.






