
Menurut Ketua Panitia Lokal (Panlok) 23 SNMPTN 2012 Zulkifli Dahlan, dalam sosialisasi SNMPTN di Jakarta, belum lama, perbedaan mendasar ujian tertulis SNMPTN 2012 hanya terletak pada jumlah kode soal, sedangkan sisanya cenderung sama dengan SNMPTN yang diselenggarakan pada 2011. "Bedanya hanya itu, kalau tahun lalu kode soal peserta hanya dua, sekarang dibuat jadi empat oleh panitia. Jadi tesnya memang lebih ketat," ujarnya.
Upaya ini, lanjut Zulkifli, mencegah terjadinya aksi saling contek peserta hingga perjokian. Dengan sistem seperti ini, ditargetkan peserta yang lulus memang benar-benar memiliki kemampuan akademik yang berkualitas. Zulkifli mengaku, pihaknya sudah menyosialisasikan informasi ini kepada calon peserta di tiap-tiap kabupaten dan kota yang tersebar di Sumatera Selatan. "Dengan pola baru ini, segala bentuk kecurangan mudah-mudahan tidak terjadi lagi, karena soalnya lain-lain. Soal seperti ini akan berlaku bagi semua peserta ujian tertulis SNMPTN, baik itu IPA, IPS, maupun IPC," katanya.
Adanya perbedaan ini, menurut Zulkifli, harusnya juga jadi peringatan bagi peserta tes tertulis SNMPTN 2012. Karena dengan bertambahnya jumlah paket soal tersebut otomatis akan membuat perubahan pada ketentuan mengisi Lembar Jawaban Komputer (LJK). Sehingga, tiap peserta diimbau lebih hati-hati dan teliti saat akan mengisi LJK dan mencantumkan kode soal yang didapat.
Bukan hanya untuk peserta, perubahan ini juga sudah disosialisasikan ke ribuan pengawas yang akan terlibat dalam SNMPTN 2012, sehingga panitia akan lebih paham mengenai tata cara pembagian empat bentuk soal yang berbeda. Diharapkan pada penyelenggaraannya nanti, pembagian bentuk soal yang berbeda ini tidak menjadi kendala kelancaran proses ujian SNMPTN. "Nah, karena kodenya banyak peserta juga harus lebih teliti. Jangan sampai salah menuliskan kode. Ini yang paling penting diperhatikan juga," tukasnya.
Sementara itu, salah seorang siswa SMU Muhammadiyah 1 Palembang Desty mengaku, baru mengetahui perubahan pola soal tersebut. Walaupun sempat khawatir, dia menilai pola tersebut sangat baik diterapkan, karena ujian tertulis diharapkan menjadi benar-benar adil. "Baru tahu sih. Tapi baguslah jadi yang benar-benar pintar pasti bisa lolos karena enggak bisa contek-contekan. Lebih adil jadinya," katanya.(okezone.com)






